RESUME
PENGANTAR TEORI AKUNTANSI
A.
Pengertian
Teori Akuntansi
Pengertian teori adalah seperangkat konsep, definisi dan
proposisi yang saling berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Dari
pengertian diatas, tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi. Menjelaskan
berarti menganalisis dan memberi alasan mengapa fenomena atau fakta seperti
yang diamati. Memprediksi berarti memberi keyakinan bahwa kalau asumsi-asumsi
atau syarat-syarat yang diteorikan dipenuhi besar kemungkinan suatu fenomena
atau fakta tertentu akan terjadi.
Sedangkan definisi teori akuntansi menurut
Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi sebagai
berikut:”....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip
yang luas (a set of broad priciples) yang memberikan rerangka referensi umum
untuk mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan
praktek dan prosedur akuntansi yang baru”. Definisi tersebut dapat dilihat
bahwa “teori akuntansi” tidak lepas dari praktek akuntansi karena tujuan
utamanya adalah menjelaskan praktek akuntansi berjalan dan memberikan dasar
bagi pengembangan praktek tersebut.
1. Teori
akuntansi merupakan penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip luas yang
memberikan kerangka acuan umum yang dapat digunakan untuk menilai praktek
akuntansi memberi arah pengembangan prosedur dan praktek baru.
Secara luas pengertian teori akuntansi tersebut meliputi:
Pemilihan metode penilaian (valuation methods).
Secara luas pengertian teori akuntansi tersebut meliputi:
Pemilihan metode penilaian (valuation methods).
2. Pengembangan
Rerangka konseptual (conceptual framework) akuntansi sebagai landasan penyusunan
aturan akuntansi.
3. Penilaian
kesesuaian rerangka konseptual akuntansi dan prinsip-prinsip lainnya yang menjadi
pedoman dalam penyusunan aturan akuntansi.
4. Penelaahan
alas an perusahaan memilih metode akuntansi tertentu diantara
alternative-alternativenya.
Dengan adanya informasi baru atau teori baru yang
memungkinkan peramalan yang lebih baik, maka teori yang ada harus dimodifikasi
atau ditinggalkan. Pendapat umum mengenai "apa yang naik pasti akan
turun" ternyata harus dimodifikasi setelah diketahui bahwa benda yang
ditembakkan keangkasa tidak kembali kebumi, meskipun teori gaya tarik bumi yang
telah diperbaiki, sejak lama telah meramalkan peristiwa semacam ini. Jadi
prediktibilitas atau kemampuan untuk meramalkan merupakan sesuatu yang relatif,
yang diperbaiki secara bertahap dengan dikembangkannya teori yang lebih baik
atau metode yang lebuh baik untuk menerapkan teori tersebut.
B.
Tingkatan
Teori Akuntansi
Eldon Hendriksen membagi teori akutansi dalam tiga tingkat
sebagai berikut :
1. Teori – teori yang mencoba menjelaskan praktek – praktek
akutansi masa kini dan meramalkan bagaimana tanggapan para akuntan terhadap
situasi – situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan peristiwa –
peristiwa tertentu. Teori – teori ini disebut teori sintaktikal atau syntactical
theories.
Teori-teori yang berhubungan dengan
struktur akuntansi antara lain teori praktek akuntansi tradisional (oleh Ijiri
dan Sterling) yang disebut model Ijiri, model ini menerangkan praktek akuntansi
tradisional yang ditekankan pada sistem biaya historis/ harga perolehan
(historical cost system). Diperlukan untuk memperoleh pandangan yang lebih luas
tentang praktek yang sedang berlangsung. Teori ini memungkinkan untuk
dievaluasi secara lebih tepat, juga memungkinkan pengevaluasian terhadap
praktek-praktek yang ada, yang tidak sesuai dengan teori tradisional. Teori
yang berhubungan dengan struktur akuntansi dapat diuji untuk melihat
konsistensi logis dalam teori itu, atau untuk melihat apakah teori-teori itu
bener-bener dapat meramalkan apa yang dikerjakan akuntan. Pengujian lain
menunjukkan bahwa meskipun teori tradisional tidak lengkap, namun sudah
menunjukkan variabel-variabel yang relevan.
2. Teori – teori yang memusatkan perhatian kepada hubungan
antara fenomena (objek atau peristiwa) dengan simbol yang mewakili fenomena
tersebut. Teori - teori ini disebut teori semantikal atau interpretasional (semantical
theories atau interpretational theories).
Para akuntan, dengan meminjam berbagai gagasan dari ilmu
ekonomi, telah berusaha menjembatani pengukuran – pengukuran akutansi dengan
fenomena – fenomena yang nyata. Contoh dari usaha ini dapat ditemukan dalam
karya – karya Canning13), Sprouse dan Moonitz14), serta
Edwards dan Bell15).
Sprouse dan Moonitz menyarankan bahwa interpretasi yang
terbaik mengenai penilaian aktiva adalah bahwa aktiva mengandung nilai jasa –
jasa dimasa yang akan datang (value of future service).
Berbagai prosedur yang dipakai untuk mengukur aktiva,
selanjutnya dinilai berdasarkan kemampuan prosedur – prosedur tersebut mengukur
nilai jasa – jasa dimasa yang akan datang. Edwards dan Bell memberikan
interpretasi ekonomi terhadap konsep nilai (value) dan laba; mereka
kemudian menyarankan bagaimana nilai dan laba dapat diukur secara praktis.
Selanjutnya, setelah pengkajian oleh Canning, Sprouse dan Moonitz, serta
Edwards dan Bell, bebarapa pengkajian empiris dilakukan untuk menunjukkan
hubungan antara interpretasi ekonomis dengan pengukuran – pengukuran yang
diperoleh dari data yang sebenarnya.
3. Teori – teori yang menekankan perilaku atau akibat – akibat
yang ditimbulkan oleh laporan keuangan terhadap keputusan yang diambil para
pemakai laporan. Teori – teori ini disebut teori perilaku atau teori pragmatis
(behavioral theories atau pragmatic theories).
Teori ini menekankan pada pengaruh
laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan
dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan orientasi komunikasi dan
pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang dikomunikasikan
kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok
sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak
eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para
akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai
pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari prosedur akuntansi
alternatif dan media pelaporannya.
C.
Penalaran
Deduktif dan Induktif
1.
Penalaran
Deduktif
Metode penalaran deduktif dalam
akuntansi adalah proses yang bermula dengan tujuan dan postulat, yang dari sini
diturunkan prinsip-prinsip logis yang memberikan landasan bagi penerapan yang
konkret dan praktis. Jadi, aturan atau penerapan praktis berasal dari penalaran
logis, postulat dan prinsip yang ditarik secara logis seharusnya tidak hanya
mendukung atau berusaha menjelaskan kelaziman akuntansi atau praktek yang
sekarang telah diterima. Struktur proses deduktif mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a) Perumusan
tujuan umum dan khusus laporan keuangan
b) Pernyataan
mengenai postulat akuntansi yang berhubungan dengan bidang ekonomi, politik,
dan sosial dimana akuntansi harus berperan
c) Seperangkat
kendala untuk mengarahkan proses penalaran
d) Suatu
struktur, rangkaian simbol, atau kerangka acuan dimana ide-ide dapat dinyatakan
dan diikhtisarkan
e) Pengembangan
seperangkat definisi
f) Perumusan
prinsip atau pernyataan umum mengenai kebijakan yang diturunkan dari proses
logic
g) Penerapan
prinsip-prinsip dalam situasi khusus dan penetapan metode serta aturan
prosedural
Dalam proses deduktif, perumusan
tujuan sangat penting karena tujuan yang berbeda dapat mensyaratkan struktur
yang sama sekali berbeda dan menghasilkan prinsip-prinsip yang berbeda pula.
Teori akuntansi harus cukup fleksibel untuk memenuhi berbagai tujuan yang berbeda, tetapi cukup ketat untuk mempertahankan keseragaman dan konsistensi dalam laporan keuangan kepada pemegang saham dan masyarakat umum. Kelemahan metode deduktif adalah jika setiap postulat dan premis ternyata salah, maka kesimpulannya juga akan salah. Metode ini juga dianggap menyimpang dari kenyataan untuk bisa menurunkan prinsip yang realistis dan berguna, atau untuk memberikan dasar bagi aturan-aturan praktis.
Teori akuntansi harus cukup fleksibel untuk memenuhi berbagai tujuan yang berbeda, tetapi cukup ketat untuk mempertahankan keseragaman dan konsistensi dalam laporan keuangan kepada pemegang saham dan masyarakat umum. Kelemahan metode deduktif adalah jika setiap postulat dan premis ternyata salah, maka kesimpulannya juga akan salah. Metode ini juga dianggap menyimpang dari kenyataan untuk bisa menurunkan prinsip yang realistis dan berguna, atau untuk memberikan dasar bagi aturan-aturan praktis.
2.
Penalaran Induktif
Proses induktif meliputi penarikan
kesimpulan umum dari pengamatan dan pengukuran yang terinci. Pendekatan
induktif tidak dapat dipisahkan dari pendekatan deduktif, karena pendekatan
deduktif memberikan petunjuk pemilihan data yang akan ditelaah. Dalam
akuntansi, proses induktif melibatkan pengamatan data keuangan perusahaan. Jika
terdapat hubungan yang berulang-ulang, maka generalisasi dan prinsip dapat
dirumuskan, sehingga ide dan prinsip yang baru dapat ditemukan, khususnya bila
pengamatan tidak dipengaruhi oleh prinsip dan praktek yang berlaku.
Misalnya pengamatan terhadap
sejumlah perusahaan dapat dibuktikan kecenderungan historis dari penjualan masa
lalu merupakan alat ramal yang lebih baik untuk kas yang akan diterima dari
pelanggan pada masa yang akan datang ketimbang catatan kas yang sesungguhnya
diterima pada masa lalu karena adanya tenggang waktu dalam proses penagihannya.
Keunggulan pendekatan induktif
adalah tidak perlu dibatasi oleh model atau struktur yang ditetapkan terlebih
dahulu. Para peneliti bebas mengadakan pengamatan yang dianggap relevan,
generalisasi atau prinsip yang telah dirumuskan harus ditegaskan dengan proses
logis pendekatan deduktif dan pembuktian kesimpulan.
Kelemahan utama prosesi induktif
adalah bahan pengamat mungkin dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai
hubungan apa yang relevan dan data apa yang harus diamati. Kesulitan pendekatan
induktif dalam akuntansi adalah data mentah mungkin berbeda bagi setiap
perusahaan, yang mungkin hubungannya berbeda sehingga sulit menarik
generalisasi dan prinsip-prinsip dasar.
Teori induktif maupun deduktif
bersifat deskriptif atau normatif. Teori deskriptif berusaha menguraikan dan
menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan
kepada pemakai data akuntansi. Teori normatif menjelaskan data apa yang
seharusnya dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan.
D.
Beberapa
Pendekatan Perilaku Altenatif
Salah satu langkah pertama dalam
pengembangan teori akuntansi adalah pernyataan yang jelas mengenai tujuan
perilaku (behavioral objectives) pemakai laporan. Berberapa alternatif
pendekatan perilaku adalah sebagai berikut:
1. Teori-teori
Penilaian Investasi
Tujuan utama laporan akuntansi
keuangan adalah untuk menyajikan informasi kepada para pemegang saham dan para
calon pembeli saham guna membantu mereka mengambil keputusan utnuk membeli atau
menjual atau menahan saham biasa perusahaan. Teori ini mencakup:
a)
Teori-teori nilai intrinsic,
untuk
menjelaskan harga surat berharga. Nilai intrinsik adalah nilai yang dianggap
investor sebagai nilai yang sesungguhnya dari surat berharga dan nilai yang
akan tercermin dalam harga pasarnya.
b)
Hipotesis pasar yang efisien, menyatakan bahwa pasar
surat berharga adalah efisien. Tiga bentuk pasar efisien yang dikenal secara
umum adalah (1) bentuk lemah – harga-harga surat berharga mencerminkan
informasi yang tersirat dalam urutan harga historis; (2) bentuk semikuat –
harga-harga surat berharga mencerminkan sepenuhnya seluruh informasi yang
tersedia bagi publik mengenai perusahaan; (3) bentuk kuat – harga-harga surat
berharga mencerminkan bahkan termasuk informasi khusus.
c)
Teori Portofolio, menyatakan
bahwa para investor yang rasional akan lebih suka menyimpan surat berharga yang
memaksimisasi rate of return (tingkat laba) yang diharapkan untuk tingkat
risiko tertentu atau meminimisasi tingkat risiko untuk tingkat laba yang
diharapkan. Teori portofolio bersifat normatif karena menjelaskan bagaimana
investor seharusnya bertindak, teori ini penting karena menunjukkan perlunya
membedakan antara risiko sistematik (variabilitas yang dikaitkan dengan
pergerakan harga pasar umum) dan risiko nonsistematik (variabilitas tingkat
laba suatu surat berharga yang tidak dikorelasikan dengan tingkat laba untuk
pasar secara keseluruhan).
2. Pemrosesan
Informasi Manusia
Tujuan telaah ini adalah:
a)
Untuk meningkatkan kemampuan informasi keuangan untuk
mencerminkan secara akurat obyek atau kejadian yang sesungguhnya
b)
Untuk memahami bagaimana jumlah, jenis dan format
informasi keuangan mempengaruhi penilaian atau prediksi para pemakai
c)
Untuk memahami kemampuan pengambil keputusan untuk
bereaksi secara tepat terhadap persepsi lingkungan (ketepatan reaksi)
d)
Untuk memahami bagaimana para individu menangani
kerumitan dalam pengambilan keputusan
e)
Indikator prediktif
Ada empat cara untuk mengaitkan data
akuntansi dengan masukan model-model keputusan :
a)
Prediksi langsung, dibuat oleh akuntan dan pihak
manajemen dalam bentuk prakiraan (forecast) yang dapat diuji akuntan
independen.
b)
Prediksi tak langsung, merupakan konsep yang paling
umum diterapkan. Data masa lalu dianggap memiliki kemampuan prediktif yang
dapat digunakan untuk memperkirakan obyek atau kejadian masa datang.
c)
Penggunaan indikator utama akan menekankan kemampuan
akuntansi untuk meramalkan titik balik.
d)
Penggabungan informasi dapat digunakan sebagai
indikator prediktif, data akuntansi tertentu tidak dapat digunakan untuk
membuat prediksi, tetapi mungkin akan menjadi relevan bila digabung dengan
informasi lainnya untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang.
3. Pendekatan
Kejadian/ events approach
Tiga masalah dalam pengembangan
teori akuntansi adalah:
a.
Haruskah laporan keuangan ditujukan pada pemakai
tertentu dan kebutuhannya atau pada berbagai pemakai yang kebutuhannya
bermacam-macam.
b.
Seberapa rinci jenis informasi akuntansi tertentu
harus disajikan
c.
Jenis informasi apa yang harus dipilih untuk disajikan
Kelemahan pendekatan ini adalah:
Kriteria
untuk memilih informasi apa yang harus disajikan tidak jelas, sehingga tidak
mengarah pada teori akuntansi yang berkembang .
Perluasan
data mungkin menyebabkan informasi yang berlebihan bagi pemakainya.
Tidak
terdapat bukti bahwa pengukuran kejadian lebih dapat diverifikasi daripada
pengukuran obyek, atau penyajian ciri-ciri kejadian membutuhkan prediksi yang
lebih baik daripada penyajian kejadian dan obyek yang dipilih.
4.
Pendekatan Etis
Pendekatan etis terhadap teori
akuntansi menekankan konsep keadilan, kebenaran, dan kewajaran. Konsep dasarnya
adalah:
a.
Prosedur akuntansi harus memberikan perlakuan yang
adil (sama rata) bagi semua pihak yang berkepentingan
b.
Laporan keuangan harus menyajikan laporan yang benar
dan akurat tanpa kesalahan penyajian
c.
Data akuntansi haruslah wajar, tidak menyesatkan, dan
tidak memihak pada kepentingan tertentu.
5.
Pendekatan Akuntansi Sosial Perusahaan
Teori akuntansi sosial mensyaratkan
suatu pernyataan tujuan, konsep sosial dan metode pengukurannya, struktur
pelaporan dan komunikasi informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Tujuan meliputi biaya dan manfaat internal bagi perusahaan, serta biaya dan
manfaat yang hanya mempengaruhi pihak luar, membuat perbandingan sasaran
perusahaan dan kegiatan yang berkaitan dengan prioritas sosial, dan
mempertanggungjawabkan sumbangan terhadap tujuan sosial kepada masyarakat umum.
E.
Verifikasi
Teori
Akuntansi
Dalam pengembangan pemahaman
akuntansi atau praktek akuntansi, teori akuntansi harus dapat dikonfirmasi.
Konfirmasi harus dapat diterima pada beberapa tingkat:
a)
Premis mengenai dunia nyata harus berdasarkan hubungan
antara pernyataan dan gejala yang dapat diamati
b)
Hubungan beberapa pernyataan didalam teori harus dapat
diuji dari segi konsistensi logis
c)
Jika ada premis yang didasarkan pada pertimbangan
nilai yang tidak pasti, maka kesimpulan teori atau hipotesis yang sedang diuji
harus tergantung pada verifikasi nilai yang independen.
F.
Kontroversi
dalam Pengembangan Prinsip dan Prosedur Akuntansi
Setiap pendekatan teori akuntansi
berperan membantu penerapan dan pengevaluasian prinsip dan prosedur akuntansi.
Pengembangan dan penerapan teori akuntansi berusaha menempatkan semua
pendekatan teori dalam prespektif yang tepat dengan penekanan khusus pada proses
deduktif yang disertai pembahasan verifikasi empiris dimana temuan penelitian
dianggap relevan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar